Skip to main content

[Review] 3 Hari Bersama Overwatch - Repost


Setelah puas dan selesai memainkan Overwatch kemarin saat event free play. Saya pun mempunyai niat untuk membuatkan review game ini setelah memainkannya kurang lebih selama 3 hari. Saya pun sangat beruntung bisa mencicipi game ini, selain karena penasaran dengan berbagai macam karakternya, saya juga penasaran apakah laptop saya sanggup menjalankan game ini. Akhirnya tanggal 18 kemarin saya mendownload dan mulai memainkannya. Dan begikut beberapa point yang ingin saya sampaikan setelah memainkan game ini.

Saya tidak akan menulis detail tentang apa itu Overwatch dan bagaimana gameplay-nya, karena saya yakin kalian jauh lebih mengenal game ini lebih dulu ketimbang saya.

Gameplay yang kompetitif sekaligus fun!

Kapan terakhir kali kamu memainkan game yang sangat kompetitif tetapi sekaligus mempunyai unsur fun di dalamnya? Pastinya sangat jarang sekali ada game yang memiliki kedua unsur ini secara bersamaan. Tetapi Blizzard sukses meracik game yang menurut saya sangat kompetitif tetapi tidak menghilangkan sisi fun dari sebuah game tersebut.


Pada dasarnya Overwatch adalah sebuah game berbasis FPS yang dibalut dengan sedikit unsur MOBA, karena selain harus menembaki musuh dengan senjata yang kita punya. Karakter kita pun dibekali dengan beberapa skill yang dapat membantu kita dalam melawan musuh. Baru memainkannya beberapa jam saja sudah membuat saya ketagihan. Overwatch berhasil menarik saya kedalam keseruan gamenya.

Tidak seperti League of Legends atau DOTA 2 menjadikan kemenangan sebagai prioritas. Kekalahan pastinya bukanlah hal yang ingin kita rasakan dari sebuah game. Namun percaya atau tidak, Overwatch mengubah paradigma tersebut.

Karena begitu beberapa jam memainkannya saya pun langsung merasa kalau ini adalah game yang selama ini saya cari, yang mampu membuat saya excited sekaligus membuat saya merasa fun tidak peduli menang atau kalah tim saya. Ia menjadi salah satu game FPS yang di mata saya, berhasil menggabungkan kata kompetitif dan fun dalam wadah yang sama.

Hal lain yang membuat saya merasa nyaman memainkan game ini adalah, saya tidak perlu takut kalau ada hero yang imbalance atau overpower dibanding karakter lain. Semua hero mempunyai skill yang berbeda-beda. Dan dari semua hero yang ada menurut saya semuanya balance, tidak ada yang overpower ataupun terlalu lemah. Saya bisa nilai 90% hero di Overwatch sudah bisa dibilang balance. Karena saya yakin sesungguhnya tidak ada yang namanya balance 100% di setiap karakter game. Karena kata balance itu subjektif. Bagi orang (maaf) cupu atau newbie, Genji pasti dianggap sebagai hero offence yang overpower. Tapi bagi pemain yang sudah jago, begitu bertemu dengan Genji musuh yang bagus mainnya, pasti reaksinya akan biasa saja.


Dan yang saya suka adalah, setiap hero memang mainkan role-nya masing-masing. Kalau dia hero offence pasti dia akan berkonstribusi besar dalam memberikan damage ke musuh. Kalau dia hero support, pasti dia akan fokus melakukan heal kepada teman satu timnya. Tidak ada yang namanya hero support di berikan damage super besar untuk bisa membunuh musuh dalam sekejap. Tidak sepeti di game sebelah yang… yah hero supportnya bisa melakukan flank sesuka hati.

PLOT

Sejujurnya saya tidak begitu mengerti bagaimana plot di dalam game ini, karena saya memang tidak mencari tahu banyak soal game ini. Tapi dari beberapa halaman yang saya baca dan sedikit menerka-nerka. Overwatch sendiri cerita tentang masa depan dimata perkembangan tekhnologi berkembang sangat cepat, termasuk sebuah tekhnologi AI yang di kembangkan oleh manusia. Sayangnya manusia tidak bisa hidup nyaman akibat terjadi konflik dengan para mesin yang mereka ciptakan sendiri. Manusia pun berusaha melindungi diri mereka dengan membangun sebuah pasukan khusus bertaraf internasional dengan orang-orang terbaik yang disebut sebagai “Overwatch”


Karena seperti halnya manusia pada umumnya, kekuasaan ini ternyata berhasil membuat beberapa pasukan Overwatch jatuh ke dalam pusaran keserakahan. Beberapa kasus korupsi, pemberontakan, dan permasalahan lainnya akhirnya membuat organisasi ini pecah berantakan dengan beberapa tokoh penting di dalamnya memutuskan untuk mengambil jalan mereka masing-masing.

Setiap karakternya dibuat dengan sepenuh hati


Mungkin ini terdengar berlebihan, tetapi menurut saya tidak ada karakter yang asal tercipta di Overwatch. Semua karakternya dijelaskan dengan sebegitu detail latar belakangnya. Mulai dari nama asli, pekerjaan, umur, dan biodata lainnya. Design karakternya pun begitu. Membuat design karakter yang bagus dan gampang di ingat banyak orang atau _memoriable _pastinya bukanlah hal yang mudah.

Dan untuk memperkental identitas dari masing-masing heronya. Blizzard memberikan sebuah voice khusus yang akan diteriakan para hero saat mereka menggunakan ultimate skillnya. Seperti Hanzo yang terkenal dengan “Ryuu ga waga teki wo kurau!”-nya. Genji dengan “Ryujin no ken wo kurae” dan masih banyak lagi.

Dan dua hal terakhir yang paling saya suka dari karakter di Overwatch adalah, aksen dari para karakternya, yang tak lain adalah suara dari para pengisi karakter tersebut. Menurut saya pemilihan pengisi suara yang tepat bisa memberikan nilai bonus untuk karakter tersebut. Seperti halnya Tracer, Tracer berasal dari Inggris, memilih pengisi suara yang mempunyai aksen Inggris (EU) pastinya sangat cocok ketimbang memilih pengisi suara yang memiliki aksen Amerika (US). Genji dan Hanzo pun begitu, beberapa voice line Jepangnya pun terselip di beberapa gesturenya. Dan yang paling saya suka adalah pengisi suara Ana yang memiliki sedikit aksen Arab. Karena di beberapa gesture Ana, Ana mengucapkan kata “hello!” atau “terima kasih” dengan bahasa Arab.

Hal terakhir yang saya sangat-sangat suka dari karakter Overwatch adalah, beberapa karakternya mendapatkan jatah cerita masing-masing yang disajikan dengan sebuah animasi. Yang dimana animasinya dikerjakan oleh Pixar. Ya, bagi kalian yang sudah lama mengenal Overwatch, pastinya sudah menonton cinematic trailer yang satu ini.

Lihat betapa bagus animasinya. Ceritanya pun cukup bagus. Memang sangat disayangkan kenapa Overwatch tidak memiliki story mode di dalam gamenya. Padahal kalau niat mungkin Blizzard bisa saja membuatnya, dan saya yakin orang-orang akan sangat penasaran sekali dengan cerita setiap karakternya.

Saya pun berkhayal bagaimana jadinya kalau Overwatch di jadikan Film animasi layar lebar yang dimana di kerjakan oleh Disney dan Pixar misalnya. Hehe. 😂😂

MAP yang begitu detail dan bervariatif

Salah satu hal yang bisa di banggakan dari Overwatch selain karakternya adalah map-map yang tersedia di game ini. Sejauh ini sudah terdapat 14 map standar yang bisa kamu coba satu persatu dan pastinya akan bertambah nantinya. Bicara soal map, saya begitu takjub dengan map yang ada di Overwatch karena terlihat betul detail-detail yang ada. Mulai dari layar TV yang bisa hancur ketika ditembak, vas bunga yang bisa pecah ketika ditembak, dan masih banyak lagi efek-efek realistis lainnya yang bisa kita temui di map game ini.


Luas dari tiap map pun terbilang lumayan, sampai kadang agak terasa lelah jalan dari ujung map ke ujung map untuk mencapai objektif, apalagi bila hero yang kita mainkan tidak mempunyai skill dash atau semacamnya.

Walaupun ada beberapa map yang menurut saya tidak terlalu enak untuk dimainkan seperti map Volskaya Industries, Watchpoint: Gibraltar, Dorado. Saya merasa ketiga map itu kurang enak bila saya bermain menggunakan Widowmaker. Ya, karena saya sering sekali memainkan hero bertipe long range, ketiga map tersebut buat saya agak susah untuk dimainkan. Sedangkan dua map kesukaan saya adaah Numbani dan Hollywood karena bermain di tengah kota, lebih tepatnya di sebuah jalanan luas dan terdapat beberapa lantai gedung yang bisa di masuki, sangat membantu ketika bermain menggunakan Widowmaker.

Kesimpulan: Worth it to buy?


Walaupun saya hanya memainkan game ini selama 3 hari, tetapi Overwatch mampu memberikan sihir untuk saya agar membeli game tersebut. Apalagi saat ini Overwatch versi Origin sedang diskon 40%. Diskon terbesar yang pernah ada. Salah satu plan marketing Blizzard untuk menarik player sebanyak-banyaknya dengan memberikan event freeplay selama 4 hari lalu di combo dengan kejutan diskon 40%. Saya yakin, siapapun yang memainkan game ini saat event free play kemarin dan ketagihan, pastinya tidak akan berfikir 2x untuk membelinya.

Sayangnya saya tidak memiliki cukup uang untuk membelinya. Tapi walaupun saya mempunyai uang, saya masih harus berfikir 2x untuk membeli game ini. Karena saya hanya memainkan game ini di laptop lama dan itupun hanya kuat di setting low. Karena saya selalu punya logika begini “Kalau beli game dengan grafik bagus tapi cuma kuat main low setting, buat apa?" Yang ada rugi, karena kita tidak bisa menikmati secara full apa yang di sajikan di game tersebut.

Comments

Popular posts from this blog

[Review] Kimi no Na wa.

Sudah lebih dari 4 bulan kita mendengar hype dari film Kimi no Na wa setelah sukses mendapatkan segudang penghargaan baik di negeri asalnya maupun di luar negeri dan juga berhasil mendapatkan keuntungan sebesar 19,9 milyar Yen atau sekitar 2,4 trilyun Rupiah sejak debutnya pada Agustus kemarin. Akhirnya kita bisa menontonnya secara langsung di Indonesia karena sekitar 2 minggu yang lalu CGV Blitz baru saja memberikan sebuah pengumuman yang sangat mengejutkan, yaitu ingin menayangkan Kimi no Na wa di Indonesia. Pastinya banyak sekali yang merasa senang karena bisa menonton karya Makoto Shinkai dari layar bioskop yang besar itu.

Ishida Shouya - Perjalanan Menebus Dosa

Beberapa pekan sudah terlewatkan semenjak penayangan perdana Koe no Katachi. Berbagai reaksi netizen terhadap filmnya cukup unik. Ada yang normal ada juga yang bikin geleng-geleng kepala. Mulai dari membahas suara "lucu" Nishimiya, siapa best girl -nya, sifat hypocrite Kawai, sampai ke paha Ueno. Ya, Paha!

[Review] Koe no Katachi

Satu lagi film layar lebar dari KyoAni yang paling ditunggu-tunggu akhirnya mendaratkan dirinya ke Indonesia setelah penayangan perdananya di Jepang, September tahun lalu. Berkat kerja sama Encore films dan CGV Blitz akhirnya Koe no Katachi bisa didatangkan ke Indonesia. Memang sangat disayangkan jadwal penayangan film ini di Indonesia terkesan terlambat, padahal di Jepang sendiri film ini berbarengan rilis dengan Kimi no Na wa. Dan rasanya alasan lain kenapa film ini terlambat masuk Indonesia adalah karena kalah hype dengan Kimi no Na wa. Mungkin orang-orang lebih mengenal Makoto Shinkai yang memang jelas-jelas sudah mempunyai nama ketimbang Ooima Yoshitoki.