Sudah lebih dari 4 bulan kita mendengar hype dari film Kimi no Na wa setelah sukses mendapatkan segudang penghargaan baik di negeri asalnya maupun di luar negeri dan juga berhasil mendapatkan keuntungan sebesar 19,9 milyar Yen atau sekitar 2,4 trilyun Rupiah sejak debutnya pada Agustus kemarin. Akhirnya kita bisa menontonnya secara langsung di Indonesia karena sekitar 2 minggu yang lalu CGV Blitz baru saja memberikan sebuah pengumuman yang sangat mengejutkan, yaitu ingin menayangkan Kimi no Na wa di Indonesia. Pastinya banyak sekali yang merasa senang karena bisa menonton karya Makoto Shinkai dari layar bioskop yang besar itu.
Dan akhirnya, 2 hari lalu saya bisa menonton Anime ini di CGV Blitz Teras Kota, Jakarta. Dan kalau boleh jujur, Kimi no Na wa adalah Anime pertama yang saya tonton di bioskop.
Notice: Postingan ini mungkin saja mengandung spoiler. Lanjutkan membaca bila anda tidak terlalu mempermasalahkannya.
Kimi no Na wa bercerita seputar kehidupan seorang gadis bernama Miyamizu Mitsuha dan seorang anak lelaki bernama Tachibana Taki. Mitsuha adalah anak dari desa sementara Taki tinggal di tengah kota Tokyo. Terkadang mereka bermimpi seperti sedang bertukar jiwa. Namun, lama-kelamaan mimpi itu terasa terlalu nyata. Sampai akhirnya mereka sadar bahwa mereka berdua tidak bermimpi, mereka mulai membuat buku harian untuk melaporkan kejadian yang mereka alami saat bertukar tempat. Suatu hari, fenomena pertukaran ini pun tersebut berhenti. Perasaan resah dan cinta yang timbul di dalam hati membuat mereka berusaha mencari keberadaan satu sama lain.
Makoto Shinkai trying to out of the box
Bagi yang pernah menonton 5 Centimeters Per Second atau Koto no Ha no Niwa pasti bersorak gembira dengan kemunculan project baru dari Makoto Shinkai yang kental dengan pesan moral kehidupan yang diiringi oleh perjalanan cinta romantis.
Tapi sepertinya di projectnya kali ini Shinkai tidak mengangkat cerita yang real seperti sebelumnya. Dimana ia terlihat begitu lihai dalam menggambarkan hiruk-pikuk dunia ini dalam bentuk animasi. Sampai-sampai sebagian dari kita pasti berfikir kalau ia hanya bisa membuat sesuatu yang realitis. Tapi Kimi no Na wa berhasil membantah hal tersebut. Karena ternyata Makoto Shinkai juga bisa “berfantasi”.
Kalau di 2 movie sebelumnya ia membuat cerita yang realistis. Kali ini Makoto Shinkai membuat sebuah cerita romantis yang dibalut dengan unsur fantasi. Karena di film ini kita mendapati kalau kedua karakter utama kita saling berganti jiwa satu sama lain dengan waktu yang random. Dan lagi, terdapat sebuah perbedaan dimensi waktu antara kedua karakter.
Buat saya, dengan mencoba membuat cerita yang dibalut dengan fantasi, pastinya akan membuat ia bisa lebih memperluas ide-ide cerita untuk project-project selanjutnya. Dan sebagai seorang sutradara, Makoto Shinkai akan naik ke level yang lebih tinggi lagi. Dimana ia bisa membuat sebuah seri realis yang luar biasa, dan seri fantasi yang tidak kalah memukau.
Eksekusi yang begitu rapih disetiap scene-nya
Permasalahan klise dari sebuah Anime Movie adalah durasi. Banyak film yang tidak memiliki durasi panjang, sehingga mengakibatkan eksekusi yang terlalu tergesa-gesa karena mengejar waktu. Tetapi di Kimi no Na wa, saya tak melihat ada scene yang dibuat tergesa-gesa atau berantakan. Semua dikerjakan dengan begitu teliti, Tak ada pula scene yang sia-sia. Semua bersinegeri dari scene A-Z dengan begitu rapihnya, Hanya saja saya melihat ada 2-3 scene yang pacingnya terasa begitu cepat. Tidak terlalu masalah, karena masih tertutup dengan cara penyampaiannya yang baik.
Tak heran bila film ini mendapatkan banyak penghargaan. Karena memang Kimi no Na wa pantas mendapatkanya. Hal tersebut tak luput dari para seiyuu yang mengisi setiap karakter, eksepresi tiap karakter, jokes yang disuguhkan ke penonton, atmosfir yang begitu terasa serta diperkuat dengan kualitas animasi ala CoMix Wave yang luar biasa dan begitu detail.
ANIMASI LEVEL: COMIX WAVE FILMS
Ketika mendengar studio CoMix Wave, apa yang pertama kali ada di benak kamu? Animasi yang super duper membahana? Pasti! Ya, karena animasi-animasi buatan mereka memang tidak ada yang main-main. Setiap framenya digambar dengan sepenuh hati dan sangat profesional.
Sebentar... Apa? KyoAni? Lewat~
Comix Wave memang sangat peduli dengan detail. Detil-detil kecil seperti ekspresi wajah, pergerakan awan, rerumputan di desa, getaran smartphone sampai ke jam digitalnya, benda-benda kecil di atas meja, goresan kapur dan pensil, juga panning dan angle kamera yang sangat di perhatikan.
Menyuguhkan visualisasi animasi yang sangat indah, baik pemandangan di kota maupun saat di desa. Tiap scene yang ditampilkan membuat kita seolah melihat lukisan yang dilukis oleh pelukis profesional. Warna-warna yang ada juga terlihat begitu kontras antara objek yang satu dengan objek yang lain, yang membuatnya semakin memukai saat dilihat dengan mata. Ditambah lagu-lagu pengisi dari RADWIMPS dan original soundtrack dari filmnya sendiri membuat animasinya terasa semakin hidup.
Yang paling membuat saya takjub adalah ketika melihat beberapa timelapse yang muncul di lagu opening dan di tengah-tengah film. Saya tak habis pikir bagaimana bisa studio ini membuat timelapse dalam bentuk animasi? Sasuga!
Melihat kualitas animasinya yang superb, mengingatkan saya dengan perkataan teman saya.
“Menonton karya Makoto Shinkai tidak dengan kualitas terbaik adalah tindakan kejahatan.” - Ucap salah seorang teman saya di forum Kaskus.
Ketawa, berfikir, lalu nge-feels
Mungkin sudah menjadi trademark seorang Makoto Shinkai dengan keahliannya dalam memainkan emosi para penonton. Di Kimi no Na wa, lagi-lagi perasaan penonton akan di campur aduk seperti menaiki sebuah roller coaster. Di awal film mungkin kita akan kebingungan melihat Taki dan Mitsuha yang tahu-tahu saling bertukar jiwa. Lalu dilanjutkan dengan jokes-jokes yang membuat para penonton tertawa.
Begitu masuk ke pertengah film barulah atmosfirnya berubah. Kita di ajak berfikir dan mengerti tentang perbedaan waktu dan dimensi di film ini. Dan saat memasuki klimaksnya, para penonton harus merasakan feels dari twist-twist yang diberikan dan sangat tidak terduga.
Yang membuatnya menyedihkan ketika tahu kalau mereka sebenarnya berbeda dimensi dan mereka berdua tidak bisa saling mengingat nama satu sama lain. Sampai saat Mitsuha ingin menuliskan namanya di tangan Taki, tetapi tiba-tiba Mitsuha menghilang karena waktu pertemuan mereka sudah habis.
“Damn! You really hurting my little heart from this scene, Shinkai!!”
Kesimpulan: Ini dikasih 12/10 bisa nggak sih?
Makoto Shinkai sekali lagi berhasil menciptakan sebuah karya yang fantastis, yang berhasil mendapatkan banyak penghargaan sekaligus keuntungan yang berlimpah. Menyuguhkan cerita yang bagus, serta animasi level god tier menjadikannya dua hal paling menjual dari film ini.
Bagi saya film ini totally worth your money and your time. Kita diajak untuk melihat hubungan kedua insan yang berusaha menembus berbagai macam rintangan hanya untuk saling bertemu. Film ini sangat cocok untuk kamu penggemar drama dan cerita romantis. Karena tidak seperti film-film Shinkai sebelumnya. Kimi no Na wa terasa complete dan tidak ada terkesan hampa atau there’s no point spending your time to watching this film di endingnya. Karena Kimi no Na wa punya ending yang bittersweet yang bisa menjadi obat penyembuh buat kamu-kamu yang masih merasa galau dengan ending 5 Centimeter Per Second.
Dan sepertinya film ini akan menjadi film penutup saya di tahun 2016 ini. Dengan senang hati saya akan menobatkan Kimi no Na wa sebagai Best Anime Movie tahun ini.
You’re doing your job very f*cking well, Makoto Shinkai. Good job!
Sebentar, tadi nama karakternya siapa ya? Kok saya tiba-tiba lupa?
Salah satu movie anime terbaik yang pernah saya tonton ini. Terima kasih atas reviewnya, mantap memang. Saya juga menulis sinopsis dari film ini, jika berkenan untuk membaca bisa lihat di blog saya
ReplyDeletehttps://jurnalfilm.com/sinopsis-film-kimi-no-na-wa-part-1/