Skip to main content

[Review] Love Live! Sunshine!! - Repost


Sudah lama sekali rasanya tidak menulis sesuatu tentang Anime. Dan pada kesempatan kali ini, saya akan mereview sebuah Anime Idol yang baru saja tamat beberapa waktu lalu yaitu Love Live! Sunshine!!. Mohon maaf bila postingan ini mengandung sedikit faktor ‘membanding-bandingkan’ dengan seri sebelumnya, karena hal tersebut terlalu sulit untuk dihindari.

Notice: Postingan ini mungkin saja mengandung spoiler. Lanjutkan membaca bila anda tidak terlalu mempermasalahkannya.

Melanjutkan kesuksesan seri sebelumnya. Sunrise mencoba membuat seri penerusnya yang diberi nama “Love Live! Sunshine!!” yang dimana mengambil setting waktu 5 tahun sesudah event Love Live! kedua diselenggarakan. Bersetting tempat di pinggir laut, tepatnya di sebuah kota kecil bernama Numazu di Perfektur Shizuoka. Takami Chika seorang murid dari sekolah perempuan Uranohoshi, sangat-sangat mengidolakan µ’s dan berkeinginan untuk mengikuti jejak sang legenda. Chikapun berinisiatif untuk membentuk sebuah grup idol bersama teman masa kecilnya, Watanabe You. Dan juga berusaha untuk merekrut anggota lainnya.


Plot penuh déjà vu di 3 episode pertama

Oke, saya tahu buat sebagian orang yang sudah menonton anime ini, pasti akan merasa sedikit kesal dengan plotnya yang ternyata sangat mirip dengan seri sebelumnya di beberapa hal. Sayapun begitu ketika menontonnya, sudah tak terhitung berapa kali saya déjà vu menonton anime ini. Ketika melihat Chika yang sedikit mirip dengan Honoka. Aksi membentuk grup idol yang dilarang ketua osis. Sampai konser pertama mereka (Chika, You, Riko) yang hampir mirip dengan konser pertama Honoka, Kotori, dan Umi.


Tapi saya tetap menontonnya karena penasaran apakah benar anime ini hanya carbon copy dari seri sebelumnya? Apakah betul Sunrise kehabisan ide?

Seiring bertambahnya episode dan terjadinya development karakter. Akhirnya saya bisa menarik kesimpulan kalau Love Live! Sunshine!! bukanlah 100% carbon copy dari seri sebelumnya. Tetap banyak hal-hal berbeda yang bisa kita lihat dan tidak kita temui di seri sebelumnya. Dan seperti yang sudah saya notice di postingan 3 Eps Rule-nya.

Saya yakin, kesamaan-kesamaan yang kita lihat di Love Live Sunshine ini sebenarnya hanya semata-mata usaha Sunrise untuk membuat kita (fans Love Live terutama) teringat / bernostalgia kembali dengan Love Live yang dulu. Atau bisa saja, Sunrise tidak ingin menghilangkan sesuatu yang sudah menjadi ciri khas mereka.

Karakter Aqours = Karakter µ’s?


Berbicara soal karakter. Dari awal pengumuman project Sunshine di umumkan, dan diperlihatkan design karakternya. Sudah banyak orang yang mulai membanding-bandingkan dengan karakter µ’s. Tapi apakah iya mirip? Saya pribadi tidak bisa memungkiri kalau ada beberapa karakter yang sangat mirip dengan karakter di µ’s. Saya sebutkan saja, Chika yang mirip dengan Honoka baik secara fisik (warna rambut) dan tentunya sama-sama leader grup juga. You yang menjadi the next photobomb setelah Kotori. Riko yang seperti gabungan antara Umi dan Maki. Ruby dan Hanamaru si pasangan lesbi yang mirip seperti Hanayo dan Rin. Mari yang punya rambut blonde seperti Eli. Dan lagi-lagi ada member yang punya identitas sebagai ketua osis, siapa lagi kalau bukan Dia.

Untuk beberapa orang pasti akan berfikir kalau mereka adalah carbon copy dari karakter sebelumnya. Tetapi buat saya pribadi, You, Yoshiko, dan Hanamaru adalah karakter yang cukup fresh dan punya ciri khas tersendiri. You dengan gestur andalannya “Yousoro”, Yoshikohane yang seperti punya dua kepribadian karena faktor mengidap chuunibyou. Dan Hanamaru yang super-duper kampungan dibandingkan karakter yang lain dan ditambah dialeknya yang sering mengucapkan kata “Zura”.

Jokes ringan yang tak terduga-duga

Mungkin itu adalah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan jokes-jokes yang ada di seri ini. Seperti yang kita tahu kalau seri Love Live memang selalu menyelipkan unsur comedy di dalamnya. Di seri yang satu ini banyak sekali jokes-jokes yang tidak terduga. Atau lebih tepatnya, jokesnya di selipkan ketika suasana sedang serius-seriusnya. Seperti saat Chika, dkk sedang membahas permasalahan anak kelas tiga di rumah Dia. Tiba-tiba Hanamaru menarik dan menutup mulut Yoshiko karena takut menyeletuk yang aneh-aneh.


Jokes seperti inilah yang tidak terduga oleh penonton, dimana kita sedang serius-seriusnya menonton tiba-tiba ada hal lucu yang terjadi disana, tapi hebatnya tidak merusak atmosfir serius yang sudah ada.

Percayalah. Yoshiko dan Hanamaru adalah pasangan lawak di series ini.

"Timeline-nya gimana sih?"


Adalah salah satu pertanyaan yang paling sering di tanyakan penonton, khususnya penonton yang baru pertama kali menonton seri Love Live. Jadi begini, timeline Love Live! Sunshine!! sendiri mengambil setting 5 tahun kemudian setelah event Love Live! kedua di selenggarakan. Siapa pemenang event Love Live! kedua ? Tentu saja µ’s. Untuk penjelasan simpelnya begini. Ketika Akiho dan Arisa lulus dari Otonokizaka dua tahun kemudian, barulah timeline Aqours dimulai. Tahu darimana timelinenya mulai 5 tahun kemudian? Tonton saja episode 4. Di episode ini terdapat scene yang memperlihatkan sebuah majalah yang dimana sampulnya bertuliskan “Love Live! 5th Anniversary Edition” lengkap dengan gambar µ’s di depannya.

Butuh bukti lain? Bisa baca postingan saya di sini.

Slice of life, development, & drama yang heartwarming


Melihat hubungan sekumpulan gadis-gadis SMA saja sudah sangat menyejukkan hati saya, apalagi ketika tahu kalau pengarangnya menyelipkan beberapa drama diantara hubungan mereka. Seperti drama antara hubungan You dan Chika yang di NTR oleh Riko. Hanamaru yang ingin menjadi school idol tetapi tidak jujur dengan perasaannya. Dan misteri drama yang paling membuat penasaran adalah drama anak kelas tiga. Tujuh episode awal, memperlihatkan sedikit demi sedikit permasalahan anak kelas tiga. Ini bagus, guna untuk memancing para penonton agar terus penasaran.

Dan barulah ketika di episode 8 dan 9 terjadi puncak dan selesainya drama anak kelas tiga. Memang sebenarnya mereka hanya salah paham saja, tapi karena penyelesaian masalahnya membuat hangat hati saya, buat saya ini adalah nilai tambah. Development setiap karakternya juga terasa karena setiap member diberikan jatah episodenya masing-masing.

Nothing warms my heart than see two girls hugging each other.

Animasi dan CGI level: All Out!!


Mengambil setting tempat di pinggiran laut merupakan hal yang sangat bagus. Karena bila berbicara laut pastinya tak akan jauh-jauh dari desa / kota kecil. Yang dimana akan terdapat banyak sekali pemandangan-pemandangan yang tidak akan bisa kita lihat bila animenya bersetting tempat di perkotaan besar. Banyak sekali pemandangan-pemandangan bagus yang bisa kita lihat di anime ini.

Dan untuk kualitas CGI saat konsernyapun terasa sekali peningkatannya dibanding seri sebelumnya yang terlihat agak kasar dan tidak menyatu dengan gambar 2Dnya. Bisa dilihat betapa bagusnya kulitas animasi konser terakhir mereka di episode 13. Sepertinya staff-staffnya mengerjakan episode 13 dengan sekuat tenaga, dan Sunrise memang menghabiskan sisa budgetnya untuk episode 13 ini.


Walaupun di beberapa scene terdapat beberapa kesalahan gambar. Buat yang sudah menonton pasti tau dimana saja letak kesalahan-kelasahan gambar itu. Tetapi tidak masalah karena yang pasti kesalahan-kesalahan ini akan diperbaiki di versi Blu-Ray-nya nanti.

Kesimpulan: "udah bisa move-on belum?"


Walaupun banyak yang bilang kalau Love Live! Sunshine!! adalah carbon copy dari seri sebelumnya. Saya tetap menonton dan tetap yakin kalau Sunrise akan membuat sesuatu yang berbeda dan tentunya sebuah kejutan di akhir. Dan sesuatu yang beda tersebut adalah beberapa karakter yang fresh seperti yang sudah saya sebutkan di atas, development tiap karakter yang bagus, punya beberapa scene yang heartwarming, dan lagu-lagu yang menurut selera musik saya jauh lebih eargasm ketimbang lagu-lagu µ’s. Dan kejutan di akhir tentu saja kualitas dari animasi konsernya itu.

Kalau boleh jujur, kalau saya menjadi para seiyuu µ’s saya akan merasa iri melihat kualitas animasi Love Live! Sunshine!! yang begitu bagus. Memang, ini semua berkat perkembangan teknologi dan perbedaan tahun pembuatan juga, jadi animasi mereka berada di level yang berbeda pula. Kalau kita berfikir positif, ini pasti karena Sunrise sudah belajar dan mencoba meningkatkan kembali kualitas animasi mereka.


Aqours ya Aqours, µ’s ya µ’s. Sampai kapanpun mereka adalah dua hal yang berbeda. Kita boleh bilang kalau terbentuknya Aqours adalah karena adanya µ’s. Tetapi di episode 12 Chika akhirnya memutuskan untuk tidak lagi mengikuti jejak µ’s, dia ingin melangkah dan bersinar bersama teman-temannya dengan caranya sendiri.

Dari episode inilah semua permasalahan-permasalahan tentang kesamaan Aqours dan µ’s berakhir.

Dan kita harus sama-sama mengakui kalau untuk menggapai impiannya, Aqours harus berjuang sangat keras, atau bisa dibilang lebih keras dari µ’s karena setelah µ’s memenangkan Love Live. Semakin banyak school idol bermunculan, yang pastinya akan semakin sulit untuk memenangkan Love Live. Ditambah lagi mereka hanyalah gadis-gadis yang tinggal di kota kecil di pinggiran laut, tidak seperti µ’s yang tinggal di Tokyo. Yang secara teori mereka akan lebih gampang mendapatkan popularitas karena tinggal di kota besar.

Lalu, apakah seri yang satu ini worth it untuk ditonton? Jawaban saya tentu, YA! Karena selama kalian tidak membanding-bandingan kedua seri ini, Love Live! Sunshine!! adalah anime yang cukup bagus untuk diikuti.

Yang pasti saya sangat-sangat menanti season keduanya, karena penasaran dengan perkembangan sekaligus perjuangan Aqours dalam memenangkan Love Live. Dan penasaran bagaimana Aqours mengalahkan rivalnya, Saint Snow.


See you again, my Fallen Angel. Yoshiko-chan!! ❤️

Season 2, please!!!

Comments

Popular posts from this blog

Ishida Shouya - Perjalanan Menebus Dosa

Beberapa pekan sudah terlewatkan semenjak penayangan perdana Koe no Katachi. Berbagai reaksi netizen terhadap filmnya cukup unik. Ada yang normal ada juga yang bikin geleng-geleng kepala. Mulai dari membahas suara "lucu" Nishimiya, siapa best girl -nya, sifat hypocrite Kawai, sampai ke paha Ueno. Ya, Paha!

[Review] Kimi no Na wa.

Sudah lebih dari 4 bulan kita mendengar hype dari film Kimi no Na wa setelah sukses mendapatkan segudang penghargaan baik di negeri asalnya maupun di luar negeri dan juga berhasil mendapatkan keuntungan sebesar 19,9 milyar Yen atau sekitar 2,4 trilyun Rupiah sejak debutnya pada Agustus kemarin. Akhirnya kita bisa menontonnya secara langsung di Indonesia karena sekitar 2 minggu yang lalu CGV Blitz baru saja memberikan sebuah pengumuman yang sangat mengejutkan, yaitu ingin menayangkan Kimi no Na wa di Indonesia. Pastinya banyak sekali yang merasa senang karena bisa menonton karya Makoto Shinkai dari layar bioskop yang besar itu.

[Review] Koe no Katachi

Satu lagi film layar lebar dari KyoAni yang paling ditunggu-tunggu akhirnya mendaratkan dirinya ke Indonesia setelah penayangan perdananya di Jepang, September tahun lalu. Berkat kerja sama Encore films dan CGV Blitz akhirnya Koe no Katachi bisa didatangkan ke Indonesia. Memang sangat disayangkan jadwal penayangan film ini di Indonesia terkesan terlambat, padahal di Jepang sendiri film ini berbarengan rilis dengan Kimi no Na wa. Dan rasanya alasan lain kenapa film ini terlambat masuk Indonesia adalah karena kalah hype dengan Kimi no Na wa. Mungkin orang-orang lebih mengenal Makoto Shinkai yang memang jelas-jelas sudah mempunyai nama ketimbang Ooima Yoshitoki.